SUMBAWA, NUSA TENGGARA BARAT- Safari politik bakal capres untuk Pemilu 2024 Ganjar Pranowo di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Minggu (18/6) disemarakkan dengan kehadiran Soekarno.
Pak Karno -panggilan akrabnya- datang ke Mataram demi menemui dan mendoakan gubernur ke-15 Jawa Tengah itu menjadi penerus Presiden Joko Widodo (Jokowi) di kursi kepresidenan.
Memang Pak Karno yang mendoakan Ganjar itu bukan Presiden Pertama RI Bung Karno. Pak Karno adalah kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di Sumbawa.
Ganjar dan Pak Karno bertemu di acara Konsolidasi Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDIP NTB di Mataram. Awalnya Ganjar berpidato di acara itu.
Di tengah pidato itu, Ganjar memanggil nama Pak Karno yang saat ini memimpin Pengurus Anak Cabang (PAC) PDIP Kecamatan Lunyuk, Sumbawa.
Para kader PDIP di NTB mengenal Pak Karno yang sudah sepuh itu sebagai sosok nasionalis dan marhaenis.
"Pak Karno, sini, Pak Karno," kata Ganjar kepada pria sepuh yang duduk di antara ratusan kader PDIP di pertemuan konsolidasi itu.
Pak Karno pun naik ke panggung. Ganjar lantas menanyakan usia lawan bicaranya.
"Pak Karno usia berapa?" tanya Ganjar.
Pak Karno langsung menimpali pertanyaan Ganjar. “Delapan puluh tiga,” jawabnya.
Jawaban itu membuat Ganjar terkejut. “Luar biasa," katanya.
Syahdan, Ganjar meminta Pak Karno menceritakan kisah hidupnya. Pria sepuh itu pun bertutur soal asal-usul nama dan kehidupannya. "Bapak saya Muhamad Thoyib, pemain tonil, (sandiawara, red),” kata Pak Karno.
Lansia berewokan itu lantas menuturkan namanya. "Nama itu (Soekarno, red) diberikan bapak saya,” ujar Pak Karno.
Menurut Pak Karno, ayahnya memberinya nama Soekarno karena pernah hidup bersama Bung Karno di Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Ende merupakan daerah yang menjadi salah satu lokasi pembuangan tokoh berjuluk Putra Sang Fajar itu pada masa kolonial. “Bapak saya jadi salah satu pemain tonil bersama Bung Karno di Ende," tutur Pak Karno.
Sejak masih kecil, Pak Karno sudah digembleng dengan marhaenisme. Ayah Pak Karno juga mewanti-wantinya soal pentingnya menjaga ajaran Bung Karno. "Sampai-sampai bapak saya (M Thoyib, red) pasang foto Bung Karno di rumah.
Beliau mengatakan siapa yang berani menurunkan, akan dipotong tangannya," ujar pria bercambang lebat yang sudah memutih itu.
Oleh karena itu, Pak Karno memutuskan berkiprah di PDIP. Hal itu juga dilandasi tekadnya menjaga ajaran Bung Karno. “Saya ingin berjuang menegakkan ajaran Bung Karno.
Sampai mati pun saya akan bela Bung Karno karena beliau yang memerdekakan bangsa ini," tuturnya.
Pak Karno mengawali kiprah politiknya di Partai Nasional Indonesia (PNI) yang didirikan Bung Karno.
Saat pemerintah Orde Baru memberlakukan kebijakan fungsi parpol, Pak Karno memilih bergabung dengan PDI.
Ketika PDI diganggu oleh Orde Baru dengan konflik kepengurusan, Pak Karno bersama Rachmat Hidayat memilih konsisten membela Megawati Soekarnoputri.
Saat ini Rachmat menjadi ketua DPD PDIP NTB, sedangkan Pak Karno memimpin PAC PDIP Lunyuk.
Menurut Pak Karno, dirinya ditunjuk oleh Rachmat untuk menjadi ketua seumur hidup di PAC PDIP Lunyuk. ”Kami membuat bendera moncong putih bersama-sama beliau (Rachmat Hidayat)," kata Pak Karno.
Sebagai kader PDIP, Pak Karno mengaku bangga bisa bertemu langsung dengan Ganjar yang kini menjadi bakal capres untuk Pilpres 2024.
Pak Karno meyakini Ganjar sebagai kader PDIP juga akan menggaungkan ajaran Bung Karno.
Oleh karena itu, Pak Karno mendoakan Ganjar bisa menjadi Presiden RI selanjutnya.
“Saya akan mendukung dan berdoa supaya beliau menjadi orang nomor satu di negara ini dan melanjutkan program baik Pak Jokowi," harap Pak Karno.
Ganjar pun mengapresiasi dukungan dan doa dari Pak Karno. Bakal capres dari PDIP, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Hanura, dan Partai Perindo, itu menyebut Pak Karno sebagai sosok yang pantas diteladani. "Beliau ini tokoh hebat, tokoh langka yang harus menjadi teladan kita sebagai generasi bangsa. Nasionalisme beliau tak perlu diragukan lagi," ucapnya.A
0 comments:
Post a Comment