TANGERANG- Pemilihan Presiden 2024 semakin mendekat, dan peneliti dari Banten Institute for Governance Studies (BIGS) serta Pengamat Kebijakan Publik dan Politik, Dr. Harits Hijrah Wicaksana, merujuk pada kemungkinan Anies Baswedan menjadi pendamping Ganjar Pranowo dalam kontestasi tersebut. Hal ini didasarkan pada sejumlah pertimbangan dan analisis kondisi politik saat ini.
Menurut Harits, saat ini kondisi politik masih terbuka dan belum ada kepastian mengenai siapa yang akan menjadi pasangan calon presiden dan wakil presiden. Komisi Pemilihan Umum (KPU) belum membuka pendaftaran, sehingga kesempatan untuk berbagai konstelasi politik masih terbuka lebar. Politik adalah medan dinamis yang selalu mungkin berubah, tergantung pada strategi dan upaya untuk memenangkan pertarungan.
Penting untuk diingat bahwa dalam politik, kemenangan adalah tujuan utama, dan tidak ada yang kalah dengan terhormat. Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo memiliki elektabilitas yang cukup tinggi menurut berbagai survei. Contoh dari elektabilitas tinggi adalah yang dialami oleh Presiden Jokowi pada Pilpres 2014, di mana ia berhasil mempertahankan posisi terdepan meskipun dihadapkan pada tantangan dari partai-partai besar.
Sejarah mencatat bahwa dalam pertarungan politik, konstelasi politik dapat berubah drastis. Contohnya adalah pada Pilpres 2014, dimana pasangan Jokowi-Jusuf Kalla yang semula dianggap tidak mungkin menang, berhasil meraih kemenangan. Analogi ini memberikan peluang bagi potensi Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo untuk mengulangi skenario serupa dalam Pilpres 2024.
Terkait dengan pilihan calon pendamping, konstelasi politik juga memegang peranan penting. Sebelumnya, usaha koalisi antara Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo gagal karena perbedaan pandangan. Namun, situasi politik saat ini mengindikasikan adanya tiga kandidat potensial untuk calon presiden, yang masing-masing memiliki dukungan dari koalisi partai besar.
Anies Baswedan mendapatkan dukungan dari Partai NasDem, Demokrat, dan PKS, sementara Ganjar Pranowo didukung oleh PDI-P dan PPP. Meski demikian, elektabilitas Ganjar Pranowo belum sepenuhnya stabil, dan kemungkinan adanya dua putaran dalam Pilpres 2024 dapat mengubah dinamika persaingan.
Meskipun elektabilitas Anies Baswedan saat ini masih di bawah Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto, tetap saja ia memiliki basis yang kuat. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) bahkan membahas kemungkinan poros Ganjar-Anies sebagai pasangan calon. Kendati demikian, pertanyaan penting adalah apakah Ganjar Pranowo bersedia menjadi calon wakil presiden. Begitu juga, Anies Baswedan tidak akan dengan mudah menerima posisi nomor dua, namun bisa menjadi calon presiden jika mendapat persetujuan Surya Paloh, pemimpin Partai NasDem.
Secara keseluruhan, potensi kolaborasi antara Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo dalam Pilpres 2024 menghadapi tantangan dan peluang. Keputusan akhir akan dipengaruhi oleh dinamika politik dan pertimbangan dari berbagai pihak, termasuk tokoh-tokoh seperti Megawati Soekarnoputri dan Surya Paloh. Dalam konteks politik yang selalu berubah, hasil akhir Pilpres 2024 masih menjadi misteri yang menarik untuk diikuti.
0 comments:
Post a Comment