JAKARTA- Presiden Joko Widodo atau Jokowi melakukan pertemuan dengan Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zuhair Al-Shun di Istana Kepresidenan, Jakarta hari ini. Pertemuan digelar di tengah gelombang penolakan masyarakat terhadap kedatangan Timnas Israel ke Indonesia untuk Piala Dunia U-20.
Kendati demikian, Zuhair menyebut tidak ada pembahasan soal tim nasional Israel ini dengan Jokowi. Zuhari mengklaim dirinya datang untuk mengucapkan selamat atas bulan Ramadan kepada Jokowi dan untuk semua orang Indonesia.
"Kami telah membahas tentang perkembangan terbaru di Palestina," kata Zuhari menjelaskan topik berikutnya yang dibahas dengan Jokowi, Jumat, 24 Maret 2023.
Zuhair menerima pesan yang baik berupa dukungan penuh dari Jokowi mengenai situasi politik di Palestina. Indonesia, kata Zuhair, selalu ada dalam sanubari warga Palestina.
Palestina juga selalu menganggap orang Indonesia, kebijakan Indonesia, dan semua komunitas di dalamnya, memberikan dukungan penuh. "Sehingga hubungan bilateral antara kami tentu akan selalu berkembang lebih baik dan makin baik," ujarnya.
Timnas Israel lolos ke Piala Dunia U-20 di Indonesia yang digelar 22 Mei hingga 11 Juni mendatang. Rencana kedatangan Timnas Israel ke Indonesia ini pun menuai kritik banyak pihak.
Selain dengan Zuhair, Jokowi hari ini juga bertemu Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya dan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas.
Belum diketahui apakah mereka sempat bergabung dalam pertemuan Jokowi dan Zuhair. Ketika Zuhair keluar Istana, Gus Yahya sudah berada di dalam. Gus Yahya pun tidak bicara soal Timnas Israel dengan Jokowi.
Di Istana, Gus Yahya sempat menyindir aksi penolakan terhadap kedatangan Timnas Israel ke Indonesia untuk Piala Dunia U-20 sebagai bentuk pembelaan pada Palestina. Gus Yahya berharap semua orang yang membela Palestina ikut memikirkan langkah dan solusi selanjutnya yang diambil.
"Bukan cuma teriak lalu tidur," kata juru bicara mantan Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur ini.
Gus Yahya mengajak semua pihak untuk melihat lansekap persoalan yang ada antara Israel dan Palestina ini. Bagi dia, upaya pertama yang harus diperkuat dalam internasionalisme dan multilateralisme yang dinilai juga menjadi manfat proklamasi dan bapak pendiri bangsa.
Semua pihak, kata dia, jangan hanya berpikir tentang Indonesia, berpikir parsial untuk kepentingan kelompok dan negara tertentu saja di dunia ini. Akan tetapi, harus berangkat dari kepentingan bersama. Indonesia harus diposisikan sebagai bagian dari platform internasional dan multilateral yang merupakan wujud kepentingan bersama.
0 comments:
Post a Comment