TANGERANG SELATAN- Bakal calon presiden Ganjar Pranowo mengatakan moderasi sudah menjadi warisan nenek moyang Indonesia dan cerminan dalam laku keseharian. Namun moderasi bukan tujuan, tapi stimulan.
"Moderasi stimulan menaikkan derajat kemanusiaan bagi seluruh rakyat Indonesia," ucap Ganjar dalam pidato penutupan Simposium Perhimpunam Pelajar Indonesia Dunia Kawasan Timur Tengah dan Afrika di Hotel Afrika di Tunisia, Rabu (19/7/2023).
Ia mencontohkan soal salam, misalnya. Ketika memberikan sambutan, Ganjar mengucapkan enam salam berbeda: empat salam mengandung spirit keagamaan, kelima penganut kepercayaan dan terakhir berdasarkan spirit kenegaraan.
Menurut hematnya, hanya Indonesia yang punya salam sebanyak itu, belum termasuk salam kedaerahan. Salam menjadi cara orang Indonesia menghormati dan menjaga hati dan perasaan saudara-saudara sebangsa dan se-Tanah Air.
"Sejak ucapan saja kita menghormati dan menjaga hati anak bangsa, apalagi dalam perbuatan dan sikap kita. Nenek moyang kita memang menempatkan perasaaan pada ruang istimewa, perasaan menjadi manifestasi dalam filsafat kita," ucap Gubernur Jawa Tengah ini.
Di sini perasaan atau rasa menjadi penimbang paling besar. Tapi bukan tanpa cobaan untuk mengaktualisasikan nilai filosofis itu dalam laku keseharian. Hal ini memunculkan kesan orang Indonesia sebagai bangsa ramah tapi di sisi lain bangsa yang suka basa basi.
Terlepas dari penilaian soal basa-basi itu, Ganjar menegaskan bahwa salam adalah bentuk paling nyata cara bangsa Indonesia menjaga perasaan semua orang.
"Ketika kita berhasil menyelami dan memahami semangat filosofis yang diturunkan nenek moyang kepada kita, maka berhasil pula kita untuk menjaga hati dan perasaan atas sebuah bangsa," ucap dia.
Cara-cara seperti itu sepertinya tidak ditemui dalam pusat-pusat peradaban dunia, entah itu Inggris, China, India maupun Arab Saudi. Apalagi ketika spirit filosofis itu diturunkan dan diaktualisasikan di dalam Pancasila.
"Spirit Pancasila menjadi isme, pegangan seluruh masyarakat dunia untuk mewujudkan perdamaian dan kemakmuran. Dia (Pancasila, red) tidak berdiri di atas satu agama, tidak berdiri di atas satu suku atau golongan, tidak menyimpan kepentingan ekonomi satu kelompok, tidak menyimpan agenda satu suku bangsa maupun agama. Maka tidak ada alasan untuk minder atau rendah diri pada siapapun," ucap dia.
Ganjar menjelaskan bagaimana Pancasila menjadi dasar negara Indonesia yang merangkul semuanya, dari agama, suku dan golongan. Indonesia dengan Pancasila menghadirkan sepenuh cinta untuk anak semua bangsa.
"Jadi kalau ada sebagian kita yang tidak moderat, berarti lupa sejarah dirinya, lupa asal usulnya. Maka sudah menjadi tugas untuk mengingatkan dan memahamkan ulang riwayat-riwayat bijak nenek moyang kita di nusantara," ucap dia.
0 comments:
Post a Comment