KLATEN, JAWA TENGAH- KEMERIAHAN soft launching Mal Pelayanan Publik (MPP) Klaten di Desa Semangkak, Kecamatan Klaten Tengah, Selasa (22/11/2022), lalu didukung deretan stand UMKM. Salah satunya Lurik Rachmad yang selama ini dikenal sebagai sang maestro perkembangan lurik di Klaten Jawa Tengah.
Ada satu jenis lurik di stand ini yang namanya unik, yakni Lurik Ganjar. Nama itu identik dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Rupanya nama itu sudah disematkan sejak 1,5 tahun yang lalu.
Lissa Ratna, pemilik brand Lurik Ganjar mengungkapkan, semuanya berawal saat Gubernur Ganjar Pranowo membeli 20 potong kain lurik geretan di Lurik Rachmad yang dikelola Lissa bersama keluarganya. Bahkan Ganjar sering membeli lurik kepadanya untuk acara resmi sang gubernur. Hal itu membuat Lissa memberanikan diri untuk meminta izin menggunakan nama orang nomor satu di Jawa Tengah ini.
”Berhubung bapak (Ganjar) beli berulang kali, lalu saya tanyakan boleh nggak kain lurik saya dinamai Lurik Ganjar. Dijawab ya sudah tidak apa-apa, pakai saja kalau memang bagus untuk penjualan lurikmu. Lurikmu memang apik,” ucap Lissa yang menirukan ucapan Ganjar Pranowo, Selasa (22/11/2022).
Lissa mengungkapkan, motif Lurik Ganjar itu terdiri dari corak berlajur-lajur yang merupakan khas Pedan. Ditambah corak dengan berbagai pola yang salah satunya bergaris-garis, terinspirasi dari pelangi yang dinamai Lurik Ga
njar Bumi Pertiwi. Tetapi sebenarnya terdapat corak lainnya seperti garis melintang dengan nama yang berbeda.
Setidaknya ada 20 jenis Lurik Ganjar yang sudah diproduksi. Mulai dari Lurik Ganjar Prambanan, Lurik Ganjar Borobudur, Lurik Ganjar Harmoni hingga Lurik Ganjar Kemuliaan. Proses produksi berbeda dari lurik pada umumnya, meski menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM).
”Jadi dalam membuat kain Lurik Ganjar ini dengan teknik geretan. Jadi satu per satu benangnya ditarik dan ditata. Proses produksinya setiap potong membutuhkan waktu setidaknya tiga hari,” ucap Lissa yang merupakan perajin lurik generasi ketiga dari Lurik Rachmad ini.
Lissa mengakui, sejak menggunakan nama Gubernur Jawa Tengah, harga luriknya terangkat. Dari awalnya hanya Rp 125 ribu per meter, kini menjadi Rp 200 ribu per meter hingga Rp 300 ribu per meter.
Pemasarannya sudah menjangkau ke seluruh wilayah Indonesia, bahkan tembus pasar luar negeri. Karena ada pembelian secara online, bisa sampai ke negeri jiran Malaysia.
”Setidaknya dalam satu bulan bisa memproduksi 500 meter untuk lurik. Sedangkan untuk produksi kain lurik setiap bulannya bisa membuat 2.000 meter. Kami memiliki 100 ATBM dengan 40 perajin,” ucap Lissa.
0 comments:
Post a Comment