Comments system

Friday, September 2, 2022

Analisa Jokowi Terhadap Perkembangan Arah Dunia Terbukti! Eropa Mulai Dilanda Krisis


 JAKARTA- Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam beberapa waktu terakhir kerap menyebut situasi dunia saat ini dalam keadaan yang sulit. Bahkan pada tahun depan, dunia diperkirakan akan 'gelap' karena berbagai konflik yang menyebabkan terjadinya krisis.

Saat memberikan sambutan dalam Silaturahmi Nasional (Silatnas) dan Ultah ke 19 Persatuan Purnawirawan TNI Angkatan Darat di Sentul International Convention Bogor, Jokowi menggambarkan bagaimana kisah saat ia bertemu dengan sejumlah pimpinan negara dunia.

Jokowi kemudian menceritakan pertemuannya dengan sejumlah pimpinan negara pada ajang G7 beberapa bulan lalu. Jokowi sempat bertemu dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, petinggi lembaga internasional, hingga negara anggota G7.

"Saya tanyakan sebetulnya dunia ini mau ke mana? Beliau-beliau sampaikan, presiden Jokowi tahun ini kita akan sulit. Tahun ini kita akan sulit," kata Jokowi.

"Terus, kemudian seperti apa? Tahun depan akan gelap," cerita Jokowi.

'Bisikan' yang disampaikan kepada Jokowi nampaknya kian menjadi nyata. Eropa kini di ambang malapetaka. Bukan karena perang namun karena serangkaian gelombang panas sejak Mei dan kurangnya curah hujan yang parah.

Kedua hal ini membawa Sungai besar di Eropa kering. Hal ini juga terjadi di Prancis dan Italia.

Di Prancis, Sungai Loire terlihat permukaannya dan menyebabkan manusia bisa menyeberang, berjalan kaki, dengan mudah di beberapa tempat. Bukan hanya itu, kejadian yang sama juga terjadi di Sungai Rhine, Jerman dan Sungai Po Italia.

Rhine, sungai terpanjang dan turpentine di Eropa, terancam menutup lalu lintas komersial. Perlu diketahui, sungai sepanjang 1.320 km itu menghubungkan pelabuhan utama Rotterdam di Belanda melalui jantung industri Jerman dan lebih jauh ke selatan ke Swiss yang terkurung daratan.

Sementara Pho telah mengalami kekeringan terburuk yang membawa sejumlah artefak Perang Dunia II di dasarnya muncul, termasuk tongkang sepanjang 50 meter dan bom. Padahal 30% pertanian berada di sana.

"Kami belum pernah melihat tingkat kekeringan ini dalam waktu yang sangat lama," kata analis senior Eropa dan kebijakan iklim di The Economist Intelligence Unit, Matthew Oxenford, dikutip CNBC International.

"Ketinggian air di beberapa saluran air utama lebih rendah daripada selama beberapa dekade," tambahnya.

"Prakiraan untuk biji-bijian jagung, kedelai dan bunga matahari masing-masing diperkirakan 16%, 15% dan 12% di bawah rata-rata lima tahun sebelumnya," tambah laporan itu.

"Itu terjadi karena harga pangan tetap tinggi di tengah serangan Rusia di Ukraina, produsen utama komoditas seperti gandum, jagung, dan minyak bunga matahari," tulis laporan lagi.

Sementara itu, laporan UE secara spesifik juga menyebut cueca panas dan kekeringan akan makin para di November. Khususnya di wilayah Eropa Barat-Mediterania.

Sementara itu, krisis energi diyakini akan makin para karena hal ini. Ini setidaknya terlihat di Prancis.

Suhu pemanasan sungai Prancis dalam beberapa pekan terakhir mengancam produksi nuklir negara itu yang sudah rendah. Padahal mayoritas energi Prancis dipasok PLT Nuklir.

Gelombang panas musim panas semakin menghangatkan sungai seperti Rhone dan Garonne yang digunakan pemasok energi milik negara EDF. Ini penting untuk mendinginkan reaktor PLTN-nya.

Hal sama juga jadi ancaman di Norwegia. Negara Eropa utara itu sangat bergantung pada pembangkit listrik tenaga air.

"Kurangnya hujan berarti jumlah listrik yang dihasilkan oleh bendungan telah turun drastis. Akibatnya, pemerintah Norwegia mengumumkan pada awal Agustus bahwa mereka berencana untuk membatasi ekspor listrik," tulis CNBC International.

Perlu diketahui, saat ini pemerintah Eropa berebut untuk mengisi fasilitas penyimpanan bawah tanah dengan pasokan gas agar memiliki bahan bakar yang cukup. Ini untuk menjaga rumah tetap hangat selama beberapa bulan mendatang, karena masuknya musim dingin.

Pasokan minim karena Rusia, yang memasok sekitar 40% gas UE tahun lalu, telah secara drastis mengurangi aliran ke Eropa dalam beberapa pekan terakhir. Termasuk mematikannya tiga hari sejak 31 Agustus, dengan alasan peralatan yang rusak dan tertunda.

Share:

0 comments:

Post a Comment

Header Ads

Weather (state,county)

BTemplates.com

Powered by Blogger.

Search This Blog

Blog Archive

Recent

Comments

Tags

Ads

Random Posts

Recent in Sports

Social

Facebook

Popular

Labels

Blog Archive