JAKARTA- Presiden Jokowi memberikan pesan bijak dalam menghadapi kondisi ekonomi global yang sedang sulit. Menurut orang nomor satu di Indonesia ini, selalu ada peluang di setiap kesulitan, khususnya bagi pengusaha Indonesia.
Karena itu, Jokowi mengajak masyarakat untuk tetap optimis. Jokowi mengamini jika waspada tetap diperlukan, namun hal itu jangan sampai menimbulkan rasa pesimisme.
"Kita harus waspada iya, hati-hati iya, tapi jangan memunculkan sebuah pesimisme. Ini sekali lagi yang saya tidak mau," kata Presiden Jokowi di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, Selasa (23/8/2022).
Acara tersebut turut dihadiri oleh Menteri Sekretariat Negara Pratikno, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Ketua Umum KADIN M Arsjad Rasjid serta ketua umum KADIN provinsi.
Jokowi mengajak para pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) untuk memanfaatkan peluang di sektor pangan. Menurut dia, peluang ini terbuka di tengah ancaman krisis pangan akibat ketidakpastian ekonomi global karena pandemi Covid-19 dan perang di Ukraina.
"Dalam situasi sesulit apapun, pasti ada peluang dan yang bisa menggunakan peluang itu adalah entrepreneur, wirausahawan, bapak ibu sekalian, nggak ada yang lain," kata Jokowi saat memberikan pengarahan kepada Kadin Provinsi se-Indonesia.
"Peluangnya apa? ada krisis pangan ya berarti peluangnya ada di pangan. Kalau jualan pangan paling cepet sekarang ini," tukas Jokowi.
Mantan Gubernur DKI itu membeberkan, beberapa waktu lalu China meminta beras 2,5 juta ton dan Arab Saudi juga minta 110 ton beras.
Saat ini, lanjut Jokowi, pemerintah belum berani menggelontorkan dan dilakukan penghentian.
Namun jika produksinya melompat karena banyaknya pengusaha terjun ke industri pangan, Jokowi bilang, pasokan bisa jadi melimpah dan pemerintah bisa ekspor dengan harga yang sangat baik.
Selain itu, lanjut dia, ada peluang substitusi impor. Barang-barang yang pemerintah impor, mau tidak mau dengan situasi saat ini harus dihentikan supaya devisa tidak habis untuk membayar impor.
"Yang masih impor apa? gandum 11 juta ton. Di Indonesia nggak bisa nanam gandum, nggak bisa. Ya, campurannya gandum, gandum bisa dicampur cassava (singkong), sagu dan lainnya. Jadi, saya mengajak Kadin NTT (ayo) tanam sorgum, NTT tuh tempatnya sorgum," tandasnya.
Selain itu, Jokowi juga menunggu Kadin untuk membuka peluang industri pangan lainnya seperti jagung karena permintaannya banyak, baik dari dalam maupun luar negeri.
Presiden Jokowi mengungkap awalnya hanya ada 6 negara yang membatasi ekspor pangan. Namun kini berangsur-angsur bertambah menjadi 23 negara.
"Semua menyelamatkan negara masing-masing ya semestinya memang harus seperti itu. Oleh sebab itu patut kita syukuri bahwa 2 minggu lalu disampaikan kepada kita sebuah sertifikat dari 'International Rice Research Institute' yang menyampaikan ketahanan pangan kita baik dan swasembada kita sudah dimulai sejak 2019," tambahnya.
Apalagi di sisi lain, negara lain kekurangan pangan sedangkan Indonesia justru dinyatakan sudah swasembada besar dan sistem ketahanan pangan yang sudah baik.
"Permintaan sangat banyak sekali baik dalam dan luar negeri karena impor jagung kita saat ini masih 800 ribu ton, yang sebelumnya tujuh tahun lalu impor kita 3,5 juta ton. Ini peluang, jagung dimanapun bapak ibu sekalian tanam, tumbuh," sambungnya.
Jokowi pun meminta agar KADIN tidak bekerja secara tradisional tetapi menggunakan mekanisasi dan kolaborasi.
"Konsorsium, bareng-bareng, bikin 100 ribu hektare, dengan alat-alat modern, pemupukan menggunakan drone. Ini baru KADIN. Jangan nanti KADIN (mengatakan), 'Pak saya sudah menanam berapa? 10 hektar Pak'. KADIN masa 10 hektare," kata Jokowi.
0 comments:
Post a Comment